KATA PENGANTAR
Pertama-tama
kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai
data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah
manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak
ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan
karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami
deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga
memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini
kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini.
Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat mengurangi bahkan menghilangkan
penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet pada makanan. Dengan begitu
maka kesehatan akan lebih terjamin dan tidak ada lagi muncul berbagai penyakit
baru yang diakibatkan penggunaan bahan-bahan terlarang sebagai bahan baku
makanan. Kami juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta efektif
dari pihak pengawas makanan yang merupakan bagian dari kepemerintahan, sehingga
makanan yang dihasilkan dari Indonesia dapat lebih terjamin dan sehat.
Penulis
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini kami persembahkan untuk :
Siswa Siswi SMA N 1 Batang dan seluruh pembaca serta masyarakat Indonesia yang menginginkan kemajuan bangsa dan kecerdasan bangsa.
PRAKATA
Karya
tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian penggunaan
boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana kedua bahan
tersebut sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan. Dan jika
penggunaannya terus dilakukan dan dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai
penyakit terutama kanker dan bahkan kematian untuk tingkat yang lebih lanjut.
Hal ini telah menjadi hal yang cukup serius dan menjadi suatu masalah yang
berusaha diselesaikan dengan baik oleh berbagai pihak terutama pemerintah.
Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus pada pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti ikan asin serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan formalin. Berbagai solusi kami tuliskan di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan banyak faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada masyarakatnya yang terlibat langsung.
Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus pada pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti ikan asin serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan formalin. Berbagai solusi kami tuliskan di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan banyak faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada masyarakatnya yang terlibat langsung.
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………… 1
Halaman Persembahan……………………………………………………...…. 2
Halaman Persembahan……………………………………………………...…. 2
Prakata…………………………………………………………………………. 3
Daftar Isi………………………………………………………………......…… 4
Daftar Isi………………………………………………………………......…… 4
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 5
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………... 5
1.2 Pembatasan Masalah……………………………………….……………… 5
1.3 Perumusan Masalah………………………………………………….….… 5
1.4 Tujuan Penulisan……………………………………………..………….… 5
1.5 Metode Penelitian………….………………………………………………. 6
1.6 Hipotesa…………………....………………………………………………. 6
1.7 Manfaat…………....……………………………………………………….. 6
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………... 5
1.2 Pembatasan Masalah……………………………………….……………… 5
1.3 Perumusan Masalah………………………………………………….….… 5
1.4 Tujuan Penulisan……………………………………………..………….… 5
1.5 Metode Penelitian………….………………………………………………. 6
1.6 Hipotesa…………………....………………………………………………. 6
1.7 Manfaat…………....……………………………………………………….. 6
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………..… 7
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….. 9
3.1 Jenis Penelitian…………….………………………..……………………… 9
3.2 Sumber Data……………………………………………………….…….…. 9
3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….… 9
3.4 Teknik Analisis Data……………………………………………………….. 9
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………… 10
4.1 Pengertian Boraks dan Formalin…………………………………………… 10
4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan……………….. 10
4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks……………... 11
4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraksdan formalin di
4.1 Pengertian Boraks dan Formalin…………………………………………… 10
4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan……………….. 10
4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks……………... 11
4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraksdan formalin di
indonesia……………………………………………………………………. 12
BAB V PENUTUP……………………………………………..………………. 14
BAB VI DAFTAR PUSTAKA……………………… ………………………… 15
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal.
Hal
ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu
masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai
membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan.
Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah
apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal yang sangat
penting.
1.2 Pembatasan Masalah
Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis.
Kedua
bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi
menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan
itu merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat
dari penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari
kanker hingga menyebabkan kematian.
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan. Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada pangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi lagi.
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan. Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada pangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi lagi.
1.3 Perumusan Masalah
- Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau formalin pada pangan yang diproduksinya?
- Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya?
- Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks atau formalin?
- Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
- Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini supaya dapat dibasmi secara tuntas?
1.4 Tujuan
Penulisan
- Mengetahui pengertian boraks dan formalin.
- Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin pada proses pembuatannya.
- Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
- Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan boraks pada makanan.
1.5 Metode
Penulisan
Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan angket. Di mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 30 lembar. Di mana angket itu berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai boraks dan formalin pada makanan mengacu pada tujuan yang telah ada.
1.6 Hipotesa
1.
Boraks dan formalin merupakan bahan
pengawet yang umumnya digunakan untuk industri tekstil, kayu, dsb. Dapat juga
digunakan sebagai pembasmi serangga dan hal-hal lain yang sama sekali tidak ada
kaitannya dengan makanan.
2.
Jenis pangan yang menjadi sasaran
penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya adalah tahu, tempe,
bakso dan ikan asin.
3.
Akibat dari penggunaan boraks atau
formalin pada produk pangan adalah berbagai gangguan pada saluran pencernaan,
hati, saraf, otak, serta pada organ-organ yang berselaput yang terkena secara
langsung. Dan bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kanker bahkan
kematian.
4.
Sebenarnya pemerintah telah berperan
dalam pemberantasan penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan. Tetapi
tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah kurang tegas dan tidak tepat
mengenai sasaran. Sehingga hingga sekarang kita masih sering melihat
orang-orang yang keracunan atau terkena penyakit lainnya, disebabkan memakan
makanan yang mengandung boraks atau formalin.
1.7 Manfaat
- Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin sebagai pengawet sehingga dapat menghindarinya.
- Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk pangan.
- Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
- Dapat membantu pencegahan dan
pemberantasan penggunaan boraks dan formalin dengan berbagai solusi yang telah
dipikirkan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Asam
borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan
asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai
boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan
salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka
luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh.
Berikut beberapa pengaruh boraks
pada kesehatan.
ü
- Tanda dan gejala akut :Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
- Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
Sedangkan
formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai desinfektan,
pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri tekstil dan kayu.
Formalin memiliki bau yang sangat menyengat, dan mudah larut dalam air maupun
alkohol. Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan adalah sebagai berikut.
- Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.
- Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar.
- Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan kabur, bahkan kebutaan.
- Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.
Boraks
dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan
seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet
makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan
diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap menggunakan
kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya. Pada umumnya, alasan para
produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah
karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harga nya
relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada
kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa
memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya
bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam pembuatannya sering
menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan
juga daging ayam.
Formalin
dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena
merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan
mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak dapat mengetahui seberapa
besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang digunakan dalam suatu makanan.
Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks.
Berikut adalah beberapa cara mengidentifikasi makanan yang
menggunakan formalin dan boraks.
- Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
- Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.
- Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.
- Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin.
- Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian kuantitatif. Yang di maksud dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga diharapkan penelitian kami bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.
3.2 Sumber data
Sumber data kami adalah beberapa siswa SMA N 1 Batang, yang kira-kira kami ambil sampel adalah 30 siswa.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket. Dengan angket kami dapat menyimpulkan, melalui jumlah koresponden yang menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah koresponden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang sama. Dan setiap dari pertanyaan itu akan saling berkaitan.
3.4 Teknik Analisis Data
Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-tama memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh dengan baik. Lalu kami mulai menghitung jumlah data, setelah itu kami mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada angket berdasarkan jumlah responden yang memilih.
Langkah
berikutnya, sesuai dengan jenis penelitian kami, kami menghubungkan data-data
yang satu dengan yang lain dan juga dengan landasan teori yang ada. Langkah
terakhir, kami menuangkannya dalam karya tulis ini.
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin
Menurut hasil angket kami, didapatkan bahwa yang mengetahui secara pasti apa itu boraks dan formalin adalah 24 orang dan yang tidak mengetahui begitu pasti apa itu boraks dan formalin adalah 6 orang, dari total 30 angket yang dibagikan.
Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui secara persis apa itu boraks dan formalin lebih banyak daripada yang tidak mengetahui secara pasti. Jika dimasukkan dalam persen maka 80 % responden menyatakan mengetahui boraks dan formalin, sedangkan 20 % lainnya tidak begitu mengetahui tentang boraks dan formalin.
Hasil
ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan akan boraks dan formalin harus
lebih sering disosialisasikan, agar diharapkan kita semua mengetahui secara
pasti apa itu boraks dan formalin, sehingga dapat menggunakannya secara benar,
sesuai dengan fungsinya. Maka diharapkan juga dengan pengetahuan akan boraks
dan formalin tersebut, kasus penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan
dapat dikurangi bahkan menghilang dari masyarakat.
4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan
Melalui hasil angket yang telah kami sebarkan sebelumnya, didapat hasil bahwa jumlah responden yang mengerti akan dampak angket hamper sama dengan responden yang tidak begitu tahu tentang dampak boraks dan formalin pada makanan. Adapun jumlah responden yang tahu dampak boraks dan formalin pada makanan adalah 13 orang dan yang tidak begitu tahu sebanyak 15 orang sedangkan yang sama sekali tidak tahu ada 2 orang. Jika dituangkan dalam presentasi adalah sebagai berikut :
1. Jawaban A (yang tahu tentang dampak boraks) : 45%
2. Jawaban B (yang tidak begitu tahu
tentang dampak boraks) :
50%
3. Jawaban C (yang sama sekalitidak
tahu tentang dampak boraks) :
5%
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden masih rancu atau bingung tentang apa dampak boraks dan formalin bagi tubuh tersebut.
Lalu apa sebenarnya dampak boraks
dan formalin dalam makanan bila dikonsumsi tubuh kita?
1. Formalin
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala lainnya.
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala lainnya.
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :
Ø Jika terhirup
Rasa
terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit
kepala, kanker paru-paru.
Ø Jika terkena kulit
Kemerahan,
gatal, kulit terbakar
Ø Jika terkena mata
Kemerahan,
gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan
Ø Jika tertelan
Mual,
muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan
hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan
kematian.
2.
Boraks
Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :
Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :
Ø Tanda dan gejala akut : Muntah,
diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)
Ø Tanda dan gejala kronis
- Nafsu
makan menurun
- Gangguan
pencernaan
- Gangguan
SSP : bingung dan bodoh
- Anemia,
rambut rontok dan kanker.
Formalin
dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena
merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan
mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar
konsentrat formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh karena ada
baiknya kita hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Jauhkan anak-anak
dari makanan yang mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak
boleh digunakan dalam makanan.
4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks
Berdasarkan hasil penelitian melalui angket yang telah kami sebarkan, jumlah responden yang menganggap bahwa tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering diberi formalin sebanyak 25 orang, sedangkan yang memilih ikan sebanyak 4 orang, dan 1 orang memilih kerupuk. Sedangkan menurut makanan-makanan yang biasa mengandung boraks dan formalin yang biasanya mereka konsumsi, jumlah responden yang memilih tahu dan bakso sebanyak 20 orang, 8 orang memilih ikan dan 2 orang memilih kerupuk.
Data
ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa SMA N 1 Batang beranggapan bahwa tahu
dan bakso merupakan makanan yang biasanya diberi formalin atau boraks. Tahu dan
bakso memang cukup dikenal sering diberi formalin maupun boraks, namun bukan
mereka makanan yang paling sering diberi formalin maupun boraks. Berdasarkan
penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005, penggunaan
boraks formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas. Yakni, 66
persen dari total 786 sampel. Sementara mi basah menempati posisi kedua dengan
57 persen. Tahu dan bakso berada di urutan berikutnya yakni 16 persen dan 15
persen.
Dan
dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata responden banyak menjawab bahwa
mereka paling sering mengkonsumsi tahu dan bakso. Padahal, menurut kebanyakan
dari mereka tahu dan bakso adalah makanan yang biasanya mengandung boraks atau
formalin. Mengapa mereka masih tetap sering mengonsumsinya meskipun menganggap
bahwa tahu dan boraks yang paling sering mengandung formalin dan boraks?
Mungkin hal ini disebabkan karena siswa SMA N 1 Batang percaya bahwa para
pedagang di Batang pasti tidak memberikan formalin maupun boraks pada
dagangannya, maka mereka tidak takut untuk mengonsumsinya.
Namun
tetap saja, boraks dan formalin sangatlah berbahaya bila termakan. Walaupun
berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia tahun
2005 penggunaan boraks dan formalin paling banyak adalah pada ikan dan hasil
laut, namun jumlah 16 persen dan 15 persen tetap merupakan jumlah yang besar.
Kita harus berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita makan, terutama
makanan-makanan yang sedang marak diberi boraks maupun formalin.
Oleh
karena itu, di bawah ini kami paparkan mengenai ciri-ciri dari beberapa makanan
yang diberi boraks maupun formalin:
1. Mi basah
Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak
rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih
dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat,
bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal.
Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih
kenyal.
2.
Tahu
Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin.
Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin.
3.
Bakso
Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya juga sangat kenyal.
Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya juga sangat kenyal.
4.
Ikan
segar
Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan
menjadi kaku dan sulit dipotong. Ia tidak rusak sampai tiga hari pada suhu
kamar ( 25 derajat Celsius). Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan
merah segar dan warna daging ikan putih bersih.
5.
Ikan
asin
Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan
keras, bagian luar kering tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian
dalam masih mengandung air. Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi
lebih berat daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin. Tidak rusak
sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Tubuh ikan
bersih, cerah.
4.4 Peran pemerintah dalam
memberantas boraks dan formalin di Indonesia
Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali dan sudah menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil langkah yang tegas dalam menangani hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan masih merajalela.
Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh BPOM, seperti : melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy, classic cream, black currant, dan manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan; dan melakukan sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam proses produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya dianggap gertakan oleh para pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan. Tetapi Badan POM tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang yang masih menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar dalam melakukan razia.
Dari data angket yang kami sebarkan ke beberapa responden, terdapat pertanyaan : “Menurut anda apakah peran pemerintah sudah ada dalam pemberantasan formalin? “ Dan dari pertanyaan itu, sebanyak 3 orang menjawab upaya pemerintah sudah banyak, sebanyak 13 orang menjawab upaya pemerintah sudah lumayan, dan terakhir 14 orang menjawab upaya pemerintah tidak ada sama sekali.
Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah masih kurang, karena lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya pemerintah masih sangat kurang. Ini mungkin disebabkan karena memang pemerintah kurang serius / tegas dalam menangani masalah ini, padahal ini adalah masalah yang serius, karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah seharusnya lebih gencar dalam menangani masalah ini.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:
a.
Sebagian besar dari kita telah
mengetahui tentang boraks dan formalin secara pasti, tetapi ada juga sebagian
kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu boraks dan formalin.
b.
Masih ada sebagian dari kita yang
belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan boraks dan formalin pada produk
makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui secara pasti.
c.
Menurut responden tahu dan bakso
adalah makanan yang paling sering menjadi sasaran penggunaan boraks dan
formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun 2005, ikan adalah bahan
makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks dan formalin.
d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.
d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut:
Ø
Berikan penyuluhan lebih lanjut
kepada masyarakat mengenai boraks dan formalin, pengertian, fungsinya, serta
dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.
Ø
Pengawasan yang lebih ketat oleh
pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti mengirimkan
pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat
undang-undang mengenai boraks dan formalin.
Ø
Masyarakat harus lebih jeli dalam
memilih makanan dan tidak membelinya bila sepertinya mengandung bahan formalin
maupun boraks.
Ø
Kesadaran dari masyarakat untuk
membantu pemberantasan dan pencegahan penggunaan boraks dan formalin pada bahan
makanan. Seperti melaporkan kepada yang berwajib jika melihat ada orang lain
yang sengaja menggunakan boraks dan formalin pada makanan yang dijualnya, dan
juga tidak secara sembarangan menjual boraks dan formalin, tanpa mengetahui
latar belakang pembeliannya.
BAB
VI
DAFTAR
PUSTAKA
Mas, Ijin saya copas
ReplyDelete